Menggapai Kebahagiaan Hakiki
الحمد لله ربِّ العالمين والْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقين ولا
عُدْوانَ إلَّا عَلى الظَّالمِين وأشهد أنْ لا إله إلاالله وحده لا شريك له ربَّ
الْعالمين وإلَهَ المُرْسلين وقَيُّوْمَ السَّمواتِ والأَرَضِين وأشهد أن محمدا
عبده ورسوله المبعوثُ بالكتابِ المُبين الفارِقِ بَيْنَ الهُدى والضَّلالِ
والْغَيِّ والرَّشادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين والصَّلاةُ والسَّلامُ عَلى
حَبِْيبِنا و شَفِيْعِنا مُحمَّدٍ سَيِّدِ المُرْسلين و إمامِ المهتَدين و قائِدِ
المجاهدين وعلى آله وصحبه أجمعين.أما بعد، فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى
الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في
كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ” “وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ
خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ
عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108)”،” وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124)”
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka
tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.” Huud:108
“Dan barang
siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Thahaa:124
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah…
Suatu hari,
di dalam sebuah rumah tangga terjadi pertengkaran yang sengit antara suami
istri. Sang suami berkata kepada istrinya dengan kemarahan yang luar biasa
seraya berkata: “Sungguh aku akan menjadikan kamu menderita dan celaka!!!”.
Dengan suara lirih istrinya menjawab: “Kamu tidak akan pernah bisa
mencelakakanku sebagaimana kamu tidak bisa membahagiakanku!”. Dengan nada heran
sang suami balik bertanya: “Mengapa tidak bisa?”. Istrinya menjawab dengan
tegas dan yakin: “Sekiranya kebahagiaan itu hanya berkaitan dengan uang belanja
dan perhiasan, niscaya kamu bisa menghentikan. Akan tetapi kebahagian itu hanya
ada pada suatu yang dimana kamu dan semua manusia tidak akan pernah
menguasainya.” Dan dengarkan baik-baik: “Sesungguhnya kebahagianku ada dalam
imanku, sementara imanku ada dalam relung hatiku dan hatiku hanya ada dalam
genggaman Rabbku.”
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah…..
Makna
kebahagian ini juga pernah diungkapkan oleh Hujjatul Islam, Imam Ibnu Taimiah –
rahimahullah – “Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku
dan tamanku ada di hatiku…bila aku berjalan maka ia bersamaku dan tidak pernah
berpisah dariku…. Penjaraku adalah kesendirianku (dengan Rabbku)…kematianku
adalah syahadah (syahid)….pengusiranku dari negeriku adalah wisata bagiku.”
Ya, inilah
kebahagiaan yang diinginkan oleh Islam dalam kehidupan kita. Bahagia dengan
nilai-nilai keimanan, bahagia di saat melaksanakan ketaatan kepada Allah swt.
dan bahagia dalam naungan keislaman. Allah swt. berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu” Fushshilat :
30
Jama’ah yang
dimulyakan Allah….
Ketika kita
istiqomah dalam memegang ajaran agama Allah swt, maka kita akan merasakan
keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Bahkan surga Allah swt. menanti di
akhirat kelak, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt dalam ayat di atas.
Rasa aman dan tentram dalam hidup adalah tanda kebahagian seseorang. Rasulullah
saw. juga bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ
اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا
وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ
بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا
إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ. رواه الترمذي
Dari Anas
bin Malik berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang menjadikan
akhirat tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, memudahkan
segala urusannya dan dunia akan datang kepadanya dengan hina (tidak pernah
menguasai hati, semakin kaya semakin bersyukur-pen). Dan barang siapa yang
menjadikan dunia tujuannya, maka Allah akan meletakkan kefakirannya di antara
kedua matanya, mencerai-beraikan segala urusannya dan dunia tidak akan datang
kecuali hanya sekedarnya.” Imam At-tirmizi
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah…….
Adakalanya
kita temukan dalam realitas kehidupan kita, bahwasanya sebagian manusia ada
yang merasa bahagia dengan harta yang melimpah ruah. Mereka puas dan bahagia
ketika berfoya-foya, menghamburkan kekayaannya dan hal-hal yang tidak berfaedah
lainnya. Ada juga yang puas dan bahagia dengan menjalankan kemaksiatan dan
kemungkaran. Merasa tentram dan nyaman dengan segala aksi asusila, menontonkan
aurat dan selingkuh serta berganti-ganti pasangan. Bahagia dengan minuman
keras, ekstasi dan perjudian.
Jama’ah yang
dimulyakan Allah…..
Namun di
balik kehidupan yang serba gelap dan kebahagian yang semu, kita masih melihat
hamba-hamba Allah swt. yang mengoptimalkan harta, waktu dan tenaga untuk
membangun amal unggulan dan amal shaleh. Mereka merasa bersalah ketika tidak
memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang dihimpit kesusuhan. Mereka yang
menghadapi ujian seperti saudara kita yang terkena gempa, dilanda banjir dan
tanah longsor. Saudara kita yang lain yang berada di negeri-negeri Islam
seperti muslim Ghaza Palestine, Iraq, Chechnya, Afghanistan dan yan lainnya.
Kegelisahan dan kegamangan merasuki jiwa mereka tatkala meninggalkan amal-amal
shaleh, tidak tilawah, tidak sholat berjama’ah dan amal kebaikan yang lain. Oleh
karenanya Imam Hasan Al-Bashari – rahimakumullah – berkata:
” تَفقَّدُوْا
الْحَلاوَةَ فِي ثلاثةِ أشْياءَ: فِي الصَّلاةِ وفي الذِكْرِ وفِي قِرَاءَةِ
القرآنِ…”
“Carilah
kebahagiaan dalam tiga hal: dalam sholat, dalam dzikr dan dalam tilawat
Al-Quran.”
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah……
Imam Ibnu
Qoyyim – rahimahullah – mengklasifikasikan kebahagian yang mempengaruhi suasana
jiwa seseorang menjadi tiga.
Pertama; kebahagian
yang berkaitan dengan eksternal. Yaitu bahagia dengan harta yang berada di luar
diri manusia. Ia bahagaia ketika mendapatkan kekayaan. Inilah kebahagian yang
disebut dengan “ladzdzah wahmiah khayaliah” (kebahagiaan semu). Dan ketika ia
bahagia membelanjakan hartanya untuk memenuhi syahwatnya yang dilarang, maka
inilah yang disebut “ladzdzah bahimiah” (kebahagiaan dan kenikmatan hewani).
Kedua, kebahagiaan
yang berkaitan dengan nikmat badaniah. Bahagia dengan kesehatan yang prima,
bahagia dengan kesempurnaan ciptaannnya, bahagia dengan kecantikan dan
kemolekan tubuhnya dan nikmat badaniah yang lain. Ini juga termasuk kebahagiaan
yang semu. Alangkah indahnya ungkapan penyair Arab:
” يا خادمَ
الْجِسْمِ كَمْ تَشْقَى بِخِدْمَتِهِ فأنتَ بِالرُّوْحِ لا بالجسمِ إنسانٌ “
“Wahai
pelayan jasad, berapa banyak kamu sengsara dalam melayani. Kamu hanya dengan
ruh bukan dengan jasad, disebut manusia.”
Dan –
jama’ah rahimakumullah – yang ketiga adalah kebahagiaan yang sebenarnya.
Kebahagian dunia akhirat. Kebahagiaan abadi dan hakiki. Kebahagiaan yang kita
dambakan semua. Yaitu kebahagiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketaatan
kepada Allah swt.
Sebab-Sebab
Bahagia
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah……..
Untuk
menggapai kebahagiaan yang hakiki, kita harus memiliki sebab-sebab yang
melahirkan kebahagiaan ini.
Pertama,
Keimanan dan Tauhid
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا
كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى
الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (125)
“Barang
siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. Al-An’am:125
Keimanan dan
ketauhidan yang mengkristal dalam jiwa seorang muslim merupakan sumber dari
segala sumber kebahagiaan. Keiistiqamahan dalam bertauhid akan memberikan
energi baru untuk menghadapi segala ragam kehidupan. Ia tidak akan pernah takut
dan bersedih dalam menjalani kehidupan dalam kondisi apupun. Baik dalam kondisi
lapang maupun kondisi dan situasi yang sempit. Maka ia tetap eksis dalam
menjalani kehidupan dengan kekuatan iman ini.
Kedua,
Tazkiatun Nafs (mensucikan diri)
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah…
Salah satu
sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan seseorang dalam hidup ini adalah
kesuciaan jiwa. Jiwa yang suci akan mendatangkan banyak manfaat dan kebaikan
dalam kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat. Karena pangkal kebaikan
diri seseorang, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa diawali dengan kebaikan
jiwa seseorang. Manusia yang memiliki jiwa yang suci nan sehat akan senantia
komitmen dengan nilai-nilai kebaikan. Oleh karenanya Allah swt. berfirman:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Asy-Syamsy: 8-10
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Asy-Syamsy: 8-10
Rasulullah
Saw bersabda: “…Ketauhilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging.
Jika ia baik, seluruh tubuhpun baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuh pun
rusak. Ketauhilah, segumpal daging itu adalah hati.” (Bukhari Muslim)
Ibnu Rajab
berkata: “Hati yang baik adalah yang terbebas dari segala penyakit hati dan
berbagai perkara yang dibenci, hati yang penuh kecintaan dan rasa takut kepada
Allah, dan rasa takut berjauhan dari Allah swt.”
Ketiga,
Sholat
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah….
Sebab
kebahagiaan yang lain adalah sholat. Karena sholat adalah cahaya, ketenangan
dan ketentraman dalam jiwa kita. Sholat juga penghubung antara Allah dan
hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan sholat mereka menemukan ketenangan
dan kebahagiaan. Bahkan dalam menghadapi musibah pun diperintahkan untuk
sholat. Allah berfirman: “Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan
kesabaran dan sholat…” Al-Baqarah : 45
Rasulullah
bersabda: “Dijadikan ketenanganku di dalam sholat,” dan apabila mendapatkan
kesulitan, beliau berkata kepada Bilal,” Wahai Bilal, qamatlah! Agar dengan
sholat tersebut kami tenang.” (Imam Abu Dawud)
Keempat,
Ridho dan Qona’ah
Ridho dan
qana’ah merupakan akhlak mulya yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Karena
ridho dan qana’ah adalah bentuk ketulusan, keikhlasan dan ketundukan seorang
hamba dalam menerima hasil akhir dari amal usaha. Dengan ridho, manusia akan
menerima segala keputusan yang telah digariskan oleh Allah. Baik yang berkaitan
dengan dirinya, keluarga maupun harapan-harapan lain yang sangat dicita-citakan
dalam kehidupannya. Kekuatan ridho dan qana’ah akan membendung keputusasaan dan
kesedihan yang akan masuk dalam ruang kepribadian kita. Allah swt. berfirman:
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” Al-Hadiid:
22-23
Kelima,
Dzikir
Seorang
mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Karena itu, ia
perlu memperbanyak dzikir kepada Allah, agar senantiasa berhubungan dengan
Allah, bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunannya. Dengan
senantiasa berdzikir kepada Allah dalam kondisi apapun, manusia akan merasa
tentram, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam
jiwanya. Oleh karenanya Allah berfirman:
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Ar-Ra’du: 28
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Ar-Ra’du: 28
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah….
Semoga
dengan sentuhan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Nabawiah kita semua bisa
melakukan perbaikan diri kita dalam kehidupan yang fana ini. Agar kita
mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Dan semoga kita dijadikan oleh Allah swt. hamba-hamba-Nya yang sholeh,
model-model muslim yang ideal nan mempesona. Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin.
بارك الله لنا ولكم في القرآن العظيم ونفعنا وإياكم بما
فيه من الآيات و الذكرالحكيم فاستغفروا الله فإنه هو الغفور الرحيم




0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !